*Tulisan Arab Melayu di Kalbar
Posted by
Efprizan 'zan' Rzeznik at Friday, May 25, 2007
Share this post:
|
Menuju Kegemilangan, Atau Akan Hilang Ditelan Zaman?
Penggunaan tulisan Arab Melayu (Armel) atau Tulisan Jawi (Tulwi)di Indonesia sekarang bisa dikatakan sudah hampir punah. Kalau pun dipelajari pada Pondok Pesantren, lebih mengutamakan tulisan Arab gondol/Kitab Kuning. Demikian kondisinya juga pada sekolah-sekolah umum, tidak pernah lagi diajarkan kepada murid.
Laporan Efprizan Rzeznik
BEBERAPA waktu lalu Fraksi Kebangkitan Bangsa (F-KB) DPRD Pontianak pernah mengusulkan agar setiap plang nama jalan di kota ini disertai dengan penulisan armel. Begitu juga dengan kantor-kantor instansi pemerintahan, F-KB meminta agar disesuaikan dengan ciri khas Melayu.
Ide itu disampaikan Sekretaris F-KB DPRD Pontianak, M Fauzi SSos. Kata dia, hal tersebut merupakan semangat untuk merevitalisasi kekuatan budaya Melayu masa lalu.
"Semangat pemikiran dan karya pendiri dan tokoh-tokoh Kota Pontianak memberikan motivasi dan inspirasi bagi kemajuan masyarakat di kota ini. Masa sekarang ini, kita harus tetap menjaga semangat itu," ujarnya.
Penggunaan aksen armel di Pontianak, baru tampak di gerbang menuju Istana Kadriah di Jalan Tanjung Raya I. Diharapkan, pembangunan pintu gerbang menuju Kota Pontianak yang kelak akan dibangun di beberapa titik juga menampilkan ciri khas budaya tersebut. Di Kabupaten Sambas, penulisan armel sebagai plang nama jalan wilayah itu telah lama diterapkan. Bahkan beberapa kalangan di sana pernah mengusulkan kepada pemerintah setempat agar cara baca dan tulis armel dijadikan mulok (muatan lokal) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah dasar.
Berjaya di Dunia
Sementara itu, penulisan armel di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam telah mengakar kuat di masyarakatnya. Penulisan Armel dan cara membacanya, menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa di bangku sekolah di kedua negara tersebut.
Berdasarkan catatan Prof. Dr Kang Kyoung Seok, Peneliti tulisan Armel/Tulwi asal Busan, Korea, universitas-universitas di luar masyarakat Melayu juga mengajarkan tulisan Armel kepada mahasiswanya.
Seperti yang diajarkan di Hankook University of Foreign Studies Korea, mereka bahkan mendatangkan tenaga pengajar khusus dari Malaysia untuk memberikan mata kuliah tulisan armel.
Amerika Serikat (Cornell Unversity), Jepang (Tokyo University of Foreign Studies), Inggris (University of London), Belanda (University of Leiden), Jerman (University of Hamburg), hingga Rusia (University of Leningrad), merupakan negara-negara lainnya di luar masyarakat Melayu, yang pernah dan masih mengajarkan tulisan armel kepada mahasiswanya.
Bahkan, manuskrip-manuskrip Armel/Tulwi banyak disimpan di negara Inggris, antara lain di perpustakaan Bodleian Oxford, British Museum, British Library, dan perpustakaan University of London.
Langka di Indonesia
Bagaimana dengan perkembangan tulisan armel di Indonesia, Kalbar khususnya? Drs H Rusdi Saska, Ketua Yayasan Ikatan Guru Pengajian Al-Qur’an (IGPA) Kalbar, yang juga ahli armel, mengaku kesulitan untuk mencari refrensi armel di Indonesia. “Jangankan di Kalbar, saya mencari bahan-bahan itu hingga di perpustakaan nasional di Jakarta, juga tidak ketemu,” katanya.
Kreator Metode ‘PAS/CASH’: Cara cepat dan Prakis Membaca Alquran ini mengatakan, sejak orde baru hingga sekarang belum ada lagi gerakan kembali menerapkan tulisan Armel baik di sekolah dan masyarakat.
“Buku pelajaran dan strategi/metode pembelajaran dalam upaya pengenalan tulis-baca armel/tulwi bagi masyarakat, relatif sukar didapatkan, terutama di daerah Kalimantan Barat.
Menurut Rusdi, pada sekolah-sekolah umum, tulisan armel/tulwi tidak pernah lagi diajarkan. “Nama tulisan armel tinggal kenangan saja. Kecuali pada sekitar tahun 1962- 1964, pada Kls. Ill - IV Sekolah Dasar Negeri, diberikan pelajaran tulisan armel,” katanya.
Menurutnya, tulisan armel mulai menghilang sejak masuknya pengaruh Partai Komunis Indonesia ( tahun 1964/1965 ). Sejak itu pula, pelajaran armel di sekolah-sekolah ditiadakan.
Dampaknya dirasakan hingga kini. Penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim dari penduduk 200 juta lebih dan kebanyakan dari suku Melayu , cukup banyak yang tidak mengenal dan tak dapat membaca tulisan armel.
Demikian halnya yang terjadi di daerah Kalimantan Barat. “Malahan diantaranya yang sudah bisa membaca Alquran dan guru ngaji pun, masih banyak yang tidak bisa dan susah untuk dapat membaca aksara armel,” kata Rusdi.
Kasubag Tata Usaha Kepegawaian di Biro Umum Setda Kalbar ini juga pernah mengobservasi dan mengetes langsung terhadap kemampuan membaca tulisan armel bagi sejumlah mahasiswa, karyawan, pegawai negeri, dan dosen/guru yang sudah bisa membaca Alquran.
Hasilnya disimpulkan bahwa yang bisa membaca tulisan armel/tulwi hanya dalam bilangan kurang dari 5 % saja. Dan ada 1 kelompok sampel malahan 0 %, alias tidak ada satupun yang bisa membaca aksara tersebut.
Menurut Rusdi, cukup banyak ummat Islam/suku Melayu yang tidak mengenal/belum bisa membaca tulisan armel, terutama generasi yang lahir tahun 1960-an ke atas.
Padahal, Alquran sebagai kitab suci umat Islam juga dilengkapi dengan tulisan armel di bagian awal dan akhir tulisan. Bagian itu menjelaskan petunjuk, keterangan, dan maklumat.
“Keterangan tanda baca Alquran, ilmu tajwid, datar surah-surah, semuanya ada di keterangan depan dan belakang kitab suci. Kesemuanya ditulis memakai Arab Melayu. Jadinya, kita tidak bisa memanfaatkan informasi yang ada di dalam Alquran itu sendiri,” ujarnya.
Dipelajari di Untan
Untuk mengatasi masalah tersebut ke depan, katanya, maka perlu digairahkan kembali suatu langkah kongkrit dalam menyosialisasikan tulisan armel.
“Aplikasi Armel/ Tulwi harus mendapat dukungan dari pemerintah, lembaga-lembaga yang berkompeten dan pihak/tokoh yang merasa ikut peduli terhadap keprihatinan masalah tersebut,”katanya.
Mengenai dukungan tersebut, saat Chairil Effendi masih menjabat sebagai Dekan FKIP Universitas Tanjungpura, pernah diwacanakan agar armel menjadi mata pelajaran bagi mahasiswa jurusan bahasa.
“Sekarang Pak Chairil sudah menjadi Rektor. Mudah-mudahan beliau bisa memperjuangkan ini,” kata Rusdi. Ia memastikan, pembelajaran armel bagi mahasiswa jurusan bahasa akan bermanfaat bagi mereka dalam meneliti sejarah, atau prasasti dan manuskrip jawi.
Secara umum tulisan jawi/armel berbentuk aksara Arab ditambah dengan huruf Arab yang dimodifikasi disesuaikan dengan transliterasi huruf latin/rumawi (rumi). Dengan kata lain, tulisan armel adalah suatu bacaan melalui lambang huruf Arab tanpa harakat dan tanda baca yang mengandung makna bahasa Melayu.
Dengan transliterasi ke huruf latin tersebut, maka penggunaan dan penandaan huruf yang dimodifikasi kadang kala berbeda atau terdapat variasi diantara para penulis, baik pada zaman dahulu maupun sekarang, terutama terjadi dan dialami di Indonesia.
Tulisan Jawi telah muncul beraba-abad lalu di Nusantara. Para ahli dan pengkaji armel/tulwi sepakat bahwa kemunculannya terkait langsung dengan kedatangan dan perkembangan Islam di kawasan ini.
Di negara-negara serumpun Melayu, tulisan armel/jawi masuk lebih dahulu dibandingkan tulisan rumi. Hal itu diketahui dari beberapa peningalan sejarah seperti yang terdapat di Kedah (290 Hijrah), Phan-Rang Vietnam (431 H), Pekan, Pahang (419 H), Gersk Indonesia (475 H), dan di Brunei (828 H).
Bagimana dengan awal mula pengenalan armel di Kalbar? “Tidak ada yang mengetahuinya. Kepingan-kepingan sejarah itu sudah sulit terlacak karena manuskrip-manuskripnya sudah tercerai-berai,” kata Rusdi.
Metode Takuba-5R
Rusdi Saska juga pernah diundang oleh Fakulti Sastera dan Sains Sosial Jawatankuasa Pengajian Jawi Universiti Brunei Darussalam, pada akhir Januari 2006, untuk menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Antarbangsa Tulisan Jawi “Ke Arah Survival dan Kesempurnaa Tulisan Jawi”.
Bersama Anggota Pengurus Ikatan Kekerabatan Muslim Kalbar, Nurul Hadi, dalam seminar itu mereka mengangkat strategi pengenalan tulisan Jawi di Pontianak.
Rusdi menjadi bintang pada acara itu. Para peserta tertarik dengan metode pengenalan tulisan armel yang diramu olehnya. Kata dia, pengenalan tulisan tersebut sebenarnya terkait dengan Program/Paket Metode "PAS/CASh"; Cara Cepat dan Praktis Membaca Al-Qur'an .
“Dalam pelaksanaannya setelah teori dan praktik Metode ‘PAS/CASh’ selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan pengenalan tulisan armel dengan beberapa strategi,” katanya.
Rusdi menyajikan materi tulisan armel/tulwi, dengan sistem metode "Takuba-5 R ", singkatan dari Ta ( Ta'aruf), Kuba ( Kunci Baca), dan 5
(Lima point Kunci membaca tulisan Armel), sedangkan "R" (menunjuk pada kreatornya).
Dibentuk Tim Khusus
Sementara itu, Anggota Pengurus Ikatan Kekerabatan Muslim Kalbar, Nurul Hadi, berharap tulisan armel yang merupakan khazanah budaya Melayu yang Islami dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta disempurnakan pola pengembangannya.
“Arab Melayu selain sebagai suatu keterampilan dan meningkatkan daya nalar, kreasi seni sastra, dan lain-lain, juga dapat dijadikan suatu lapangan usaha/pekerjaan,” katanya.
Arab Melayu sebagai suatu keterampilan membaca, sambungnya, juga berpotensi untuk menggali atau mengungkapkan nilai-nilai sejarah dari tulisan-tulisan atau naskah lama/kuno sebagai bahan penelitian dan informasi bagi generasi berikutnya.
Menurut Nurul, jika pemerintah sebagai pengambil kebijakan tidak merespon cepat, maka cepat atau lambat tulisan armel akan punah. Ia berharap, umat Islam terutama suku Melayu, terus termotivasi untuk berusaha belajar tulisan Arab Melayu.
“Mudah-mudahan pemerintah segera membentuk tim khusus yang mengkaji armel sehingga akan dibuat suatu kebijakan agar khasanah budaya ini tidak hilang,” harapnya. Semoga. (**)