We have new forums at NiteshKothari.com
TopBottom
Announcement: wanna exchange links? contact me at clwolvi@gmail.com.

Berharap Lahirnya Pramoedya Baru di Kalbar

Posted by Efprizan 'zan' Rzeznik at Sunday, June 10, 2007
Share this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Yahoo Furl Technorati Reddit


Menulislah. Selama engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dalam masyarakat dan dari pusaran sejarah.” Sepotong parafrasa dari Novel Rumah Kaca karya Pramoedya Ananta Toer ini menjadi pelecut semangat penulis-penulis muda Pontianak untuk berkarya. Menuangkan ide kerativitasnya dalam kepingan lembar demi lembar, untuk kemudian menjadi bagian dari sejarah.

Catatan Efprizan, Pontianak
DAWAI gitar berdenting. Bunyinya mengalun pelan. Nadanya seakan mempersilakan seseorang untuk melantunkan tembang. Betul saja. Tak lama berselang Fredy menyambut melodi itu. Ia segera mengisi ruang kosong yang khusus disediakan oleh nada yang berasal dari alat petik itu. Tapi Fredy tidak menyanyi. Ia hanya berkata-kata.
Kata yang diucapkannya mengalun, sedikit menggumam, tapi terdengar jelas. Ada yang terdengar lantang, tapi tetap berirama. Ada kata-kata tertentu yang secara khusus mendapatkan penekanan lembut saat diucapkannya. Diikuti dengan perubahan raut wajahnya, semakin mempertegas dan melukiskan kata-kata bersayap itu.
“...Aku luluh hingga lunglai; Hanya bisa kupendam; Dan kadang menyakitkan; Tapi apa yang harus kulakukan? Agar kamu tahu; Meskipun aku diam tapi hatiku terus berteriak; Agar kau mendengar; Begitu kencang hatiku berteriak; Kalau aku mencintaimu; Hingga bumi ini terhenti.”
Hening sesaat berubah menjadi riuh tepuk tangan ketika puisi itu selesai dibaca Fredy. Ia sepertinya sukses merebut hari puluhan remaja yang duduk bersila di salah satu ruangan terbuka Museum Negeri Kalimantan Barat Minggu (10/6) siang.
Puisi yang dibacakannya itu berjudul ‘Aku Mencintaimu Selamanya.’ Ia yang mengarangnya. Puisi tersebut merupakan satu diantara 31 puisi yang direkamnya dalam bentuk buku saku berjudul ‘Kalbu’.
Hari itu merupakan peluncuran buku kumpulan puisinya itu. Diterbitkan oleh Pijar Publishing, buku pertama murid kelas 3 IPA SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak ini bernafaskan pengalaman hidupnya yang diiringi dengan perjalanan cinta anak remaja.
“Saya memang sudah hobi menulis sejak kecil. Kalau puisi-puisi yang saya bukukan ini, sudah saya kumpulkan sejak kelas I SMA,” kata pemuja Chairil Anwar yang kini sedang menyiapkan sebuah novel bercerita perjuangan hidup penderita cacat fisik ini.
Selain peluncuran buku puisi tersbeut, acara juga diisi dengan diskusi kreatif yang mengangkat tema ‘Menggagas Komunitas Penulis Remaja Pontianak.’
Beberapa narasumber yang hadir diantaranya: Pay Jarot Sujarwo, Pimpinan Lembaga Penerbitan Independent di Pontianak, Pijar Publishing, Asriyadi Alexander Mering sala seorang penggiat sastra dan jurnalis Kalbar, dan Adrianus, Guru SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak
Menurut Pay Jarot, tidak susah untuk menjadi penulis. Dengan banyak membaca, merupakan salah satu resep untuk mempermudah menuangkan karya ke dalam lembaran-lembaran.
Akan tetapi, untuk menjadi penulis profesional dengan hasil tulisan berkualitas, diperlukan sebuah proses yang tidak singkat (instan). Selain harus sering latihan menulis dan banyak membaca berbagai macam ilmu dan informasi, seseorang yang ingin dirinya menjadi seorang penulis, juga harus sering melakukan interaksi dengan berbagai kalangan, terlebih dengan sesama penulis.
Sementara menurut Alexander Mering, resep ampuh lainnya untuk mulai menekuni kegiatan menulis adalah menerapakan jurus tanpa jurus, dalam hal ini jurus menulis tanpa menulis.
“Maksud jurus itu yakni, kita menulis jangan takut salah. Terus berlatih menulis. Jangan malu untuk dipublikasikan. Menulislah apa saja dan mulai dari mana saja,” kata jurnalis yang mempunyai nama lain Wisnu Pamungkas ini.
Pijar Publishing, lembaga indpenden yang kini tengah fokus mengembangkan minat baca tulis dan kesastraan di Pontianak dan sekitarnya ini mulai memprogramkan kegiatan-kegiatannya untuk mencari bibit-bibit penulis muda handal di daerah ini.
Menurut Pay, pimpinan lembaga ini, sejak akhir 2006 lalu pihaknya telah gencar melakukan roadshow kesastraan di sejumlah sekolah Pontianak dan sekitarnya serta di beberapa perguruan tinggi di daerah ini. “Di jam pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya kita mengisi diskusi dan dialog dengan para pelajar mengenai sastra dan motivasi untuk menulis,” katanya. Pay berharap, Pramoedya-Pramoedya baru dapat muncul di daerah ini. “Kalbar pernah mempunyai sastrawan terbaik yakni Odhy’s dan Yudhiswara. Semangat mereka itu lah yang harus tetap dilestarikan lagi ke generasi muda sekarang ini. Semangat untuk tetap menghidupkan sastra,” ujarnya. (**)

Labels:

0 comments:

Post a Comment