Semarak Imlek di Pontianak: Puji Syukur atas Kelimpahan dari Tuhan Melalui Bumi
Posted by
Efprizan 'zan' Rzeznik at Saturday, January 26, 2008
Share this post:
|
SEMBAHYANG: Warga Tionghoa Pontianak sembahyang di Klnteng menyambut Imlek, Bearing Foto
Chinese New Year atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan Tahun Baru Imlek 2559, merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tionghoa seluruh dunia. Untuk menyambut datangnya awal musim semi ini yang jatuh pada tanggal 7 Februari 2008 mendatang, negara-negara di dunia telah mempercantik diri dengan berbagai perhelatan akbar, termasuklah di Pontianak.
Oleh Efprizan Rzeznik
SINGAPURA misalnya, telah siap mempercantik diri negaranya menyambut tahun dengan shio tikus emas ini. Bazaar, festival dan parade yang sangat meriah telah mereka siapkan.
Informasi yang diterima Pontianak Post dari Singapore Tourism Board, acara Imlek nanti dikemas melalui berbagai acara, yakni Chinatown Street Light-Up (19 Januari 2008—24 Februari 2008), Singapore River HongBao (5—16 Februari 2008), dan Chingay Parade of Dreams (15 & 16 Februari 2008).
Diawali dengan peresmian Chinatown Street Light-Up pada tanggal 19 Januari lalu dimana Chinatown sebagai area pusat perayaan dihias dengan berbagai dekorasi oriental yang didominasi oleh hewan tikus sebagai lambang hewan yang menaungi tahun 2008, perayaan Tahun Baru Imlek pun dimulai.
Bagaimana dengan di Pontianak, Imlek tahun ini juga dipastikan akan lebih semarak dan membuat perhatian dunia ikut tertuju ke Kota Khatulistiwa. Bahkan dikabarkan, tiket pesawat dan hunian hotel di Kota Pontianak sudah terpesan selama Imlek ini.
Ada apa gerangan? Ternyata di kota ini akan dihelat sebuah pagelaran akbar berupa naga raksasa yang bersiap untuk kembali memecahkan rekor Muri bahkan dunia.
Ukuran binatang suci dalam mitologi Cina ini memang luar biasa. Dijelaskan Shinse Aleng, pimpinan Sanggar Mandala yang merupakan pengagas acara ini, bobot kepala naga raksasa tersebut mencapai 100 kg dengan tinggi kepala 8 meter.
Badan naga raksasa itu mempunyai panjang sekitar 288 meter dengan diameter badan 5 meter. Tidak seperti naga sebelumnya, kali ini naga tersebut akan mempunyai kaki asli yang dapat bergerak dengan menggunakan mesin. Festival tersebut akan dipusatkan di A Yani Mga Mal berikut dengan parade lainnya, juga atraksi arakan naga terpanjang yang tahun lalu sempat masuk catatan museum rekor Indonesia (Muri).
Syafaruddin Usman MHD, Peminat Kajian Kontemporer Sejarah dan Budaya Kalbar mengatakan, pada dasarnya Imlek adalah festival kesuburan, berfokus pada tanah yang memberikan rezeki dan kehidupan bagi manusia. Tetapi, rezeki itu diberikan Tuhan atas dasar kerja keras manusia sendiri.
“Perayaan Imlek merupakan puji syukur atas kelimpahan yang diberikan Tuhan melalui bumi,” katanya. Siang sampai senja hari menjelang Imlek, seluruh kota menjadi lengang. Seluruh anggota keluarga berkumpul di rumah untuk melalukan ciak tua kai atau makan besar. Imlek juga ditandai dengan hujang. Heng, kata orang Pontianak, artinya rezeki. Orang-orang muda Tionghoa menambah marak suasana, mereka berjalan-jalan mengitari kota atau kwang cia.
Serombongan barongsai diarak berkeliling kota. Sebelumnya, dari siang hingga sore hari, beberapa rombongan barongsai tampak berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan angpau.
Sejak pukul sepuluh malam menjelang Imlek, kelenteng-kelenteng Pontianak dan Singkawang dan sekitarnya sudah penuh dengan warga yang bersembahyang.
Puncaknya terjadi pada tengah malam, ketika diyakini Dewa Kekayaan turun ke bumi. Dewa Kekayaan ini, konon, hanya mampir sebentar untuk membagi rezeki. Keesokan paginya ia sudah kembali ke nirwana.
Keluar dari kelenteng, orang mulai saling menyampaikan ucapan selamat tahun baru dengan ucapan Sin Cia Ju Ie (bahasa Tio Ciu). Dalam bahasa Mandarin disebut Sin Nien Kwai Le.
Warga Tionghoa ada pula yang memakai istilah Sin Cun Kiong Hie (bahasa Hokkian). “Gong Xi Fa Cai (bahasa Mandarin) bukanlah terjemahan selamat tahun baru, melainkan harapan keselamatan dan kesejahteraan untuk tahun mendatang. Sekarang orang lebih banyak bersalaman ketika menyampaikan ucapan itu. Dulu, ucapan itu disampaikan sambil saling melalukan soja atau kowtow, yaitu menggenggam kedua tangan dan mengguncang-guncangkannya di depan dada sambil menundukkan kepala,” kata Syafaruddin usman yang juga menulis buku tentang sejarah Tionghoa di Kalimantan Barat ini.
Syafarudin menambahkan, “Imlek oleh sebagian pendapat mengatakan bukanlah sebagai perayaan keagamaan. Karena itu, tradisi Imlek tetap dirayakan oleh warga Tionghoa sekalipun ia sudah menganut agama tertentu.” (**)