We have new forums at NiteshKothari.com
TopBottom
Announcement: wanna exchange links? contact me at clwolvi@gmail.com.

*Ritual Pai Cou di Hari ke-8 Imlek

Posted by Efprizan 'zan' Rzeznik at Saturday, March 29, 2008
Share this post:
Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Yahoo Furl Technorati Reddit


Munajat Huang untuk Kemakmuran Kalbar

PONTIANAK—Puluhan warga Tionghoa dari Marga Huang/Bong (sebutan Khek)/Ng (sebutan Tio Cu) bermunajat kepada Tuhan agar Kalimantan Barat diberikan kemakmuran dan kesejahteraan pada tahun ini dan seterusnya.

Mereka bersimpuh dihadapan Suen Tien Ta Ti (Dewa Langit), Tien Yen Swe (Dewa Pangan), dan Han Lin Yen (Dewa Kebudayaan), sembari mengangkat dupa tinggi-tinggi dan berdoa untuk kemakmuran itu.

Prosesi ini merupakan bagian dari ritual Pai Cou, yang rutin diselenggarkan oleh para pengurus Marga Huang setiap hari kedelapan Imlek (14/2) di Yayasan Kuning Agung (YKA) yang berdomisili tepat di depan Pelabuhan The Seng Hie Pontianak mulai pukul 08.00.

Ritual ini dimulai dengan sembahyang untuk menghormati para leluhur mereka, terutama mengirimkan doa kepada Siau Sang Kung. Dialah yang merupakan leluhur utama Marga Huang yang berasal dari He Nan Cen Cou yang kemudian menyebar ke selatan Kanton dan Hokkian pada 3.000 tahun lalu.

Dari catatan sejarah, Siau San Kung Mempunyai tiga istri, yang masing-masing mempunyai delapan anak yang kesemuanya putra, hingga kemudian keturunannya menyebar ke seluruh penjuru dunia dan hingga kini meneruskan garis darah dengan sebutan Marga Huang.

Ritual Pai Cou dimulai dengan sulutan petasan, tabuhan gendang China, dan puja-puji yang diiringi organ tunggal untuk kemudian dinyayikan secara koor oleh para pengurus yayasan yang hadir saat itu.

Saat itu altar telah dipenuhi dengan sesajian. Mulai dari buah-buahan, ikan, ayam, tumbuh-tumbuhan, berbagai panganan, dan sesajian lainnya.

Ada makna dalam sesaji itu. Kue merah berarti pertanda pembawa keberuntungan/hoki. Juga disediakan bakpaw pertanda kehidupan yang diharapkan terus berkembang. Ada juga panganan khas Tionghoa bernama Ka Kue yang terbuat dari tepung beras beragi, mempunyai simbol agar keturunan bisa terus berkembang. Untuk buah-buahan, ada jeruk yang mempunyai simbol keselamatan dan pisang untuk kesuburan.

Setelah upacara ritual selesai, beberapa sesaji itu biasanya dibawa pulang oleh para pengurus untuk dimakan bersama keluarga di rumah ataupun disantap langsung bersama-sama di yayasan. Mereka yakin, sesaji yang telah didoakan itu akan membawa peruntungan bagi kehidupan di tahun ini.

Di altar utama terdapat Seng Pa (bahasa Tio Ciu, Sin Phai dalam dialog Khek). Itu semacam papan nama arwah leluhur berbentuk persegi panjang dengan ukuran kecil. Papan itu mayoritas terbuat dari kayu ulin. Di papan tersebut tertulis nama-nama leluhur Marga Huang. Tulisannya bertintakan emas. Jumlahnya banyak, ratusan. Disimpan rapi dalam posisi berjejer enam baris. Seng Cu Pai tersebut ditaksir sudah berusia ratusan tahun.

Di atas jejeran Seng Cu Pai, terdapat dua gambar. Foto lukisan itu merupakan leluhur tertua marga Huang. Gambar itu adalah Siaw San Kung, beserta istrinya. Mereka yang menurunkan marga Huang di daerah bumi bagian selatan. Penggunaan nama marga ini dimulai sejak zaman Dinasti Huang ke-3.

Usir roh jahat

Usai melangsungkan kedua ritual tersebut, Barongsai Kuning Agung menggeliat. Barongsai berwarna kuning emas ini hanya dimainkan saat ritual Pai Cou dan dimainkan secara khusus di YKA. Tidak untuk tampil di luar. Sebelumnya, barongsai tersebut juga sudah didoakan.

Semacam ada kekuatan magis yang merasuki barongsai tersebut, atraksinya seakan hidup. Kerlingan matanya seakan-akan menunjukkan kepada orang-orang yang hadir disitu bahwa ada sesuatu kekuatan yang hadir di ruangan itu. Barongsai tersebut juga mengitari altar beberapa kali.

Selain penghormatan kepada para leluhur, kehadiran barongsai tersebut diyakini untuk mengusir roh-roh jahat yang berada di yayasan dan kawasan sekitarnya.

Menurut Sekretaris YKA, Wiseno Sudarmo (Ng Tiak Tong) sembahyang leluhur ini merupakan bentuk penghormatan dan rasa bersyukur mereka yang telah diberi hidup aman, tentram, usaha maju, dan kesehatan yang baik selama tahun lalu.

“Mudah-mudahan di tahun ini diberikan keberkahan yang serupa dan lebih baik lagi," katanya didampingi Wakil Humas YKA, Budi Kurniawan, Ng Thian Sin, usai ritual.

Rapat akbar

Saat ini di Pontianak, telah terdaftar lebih dari 2.000 Marga Huang di Yayasan Kuning Agung. Diperkirakan lebih dari 2.000 orang lagi belum terdaftar.

Menurut Petugas Harian YKA, Suryadi (Ng Yau Kuang), yayasan ini sendiri di Pontianak telah berusia lebih dari 100 tahun. Sempat tiga kali berpindah tempat. Pertama kali, gedung yayasan berdiri di Jalan Serayu Dalam, kemudian pindah ke Jalan Tanjung Pura.

Dan terakhir, menempati gedung di Jalan Sultan Muhammad, tepat di depan Pelabuhan The Seng Hie. Gedungnya masih bertahan hingga kini. Gedung tersebut kini sudah berusia 80 tahun. Arsitekturnya khas bangunan tua dan ditopang oleh dua tiang penyangga utama yang berada di tengah-tengah bangunan.

“Bangunan ini didirikan oleh Ng Kim Thang pada tahun 1925 dan bertahan hingga sekarang dengan arsitektur yang khas. Yayasan ini hanya bergerak di bidang pemakaman dan sosial tidak ada tujuan lain,” kata Suryadi.

Setiap setahun sekali, warga Huang di seluruh dunia selalu mengadakan rapat akbar. Tempatnya berpindah-pindah. Dari satu negara ke negara lain. Pada November 2007 lalu, mereka melangsungkan rapat di Thailand. Sebelum di Negeri Gajah Putih, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah rapat akbar itu. Tepatnya di Surabaya. Yayasan Kuning Agung, menjadi salah satu bagian peserta dalam rapat itu.

"Dalam rapat itu kita lebih kepada pembicaraan mengenai hal-hal yang bersifat sosial dan kebudayaan. Di sana kita juga merencanakan kegiatan bakti sosial dan penggalangan bantuan. Ada pemberian basiswa kepada anak-anak berprestasi marga Huang. Kita juga bertukar informasi mengenai perekonomian di negara masing-masing dan mmbuka jaring dan peluang untuk melakukan investasi," kata Humas YKA Budi Kurniawan.

Untuk rapat akbar Marga Huang di Thailand, kurang banyak diikuti peserta karena keamanan thailand pada waktu itu belum terlalu kondusif. Yayasan Kuning Agung sendiri tidak mengikuti pertemuan itu, disamping persiapan acara yang terlalu mepet.

Tahun 2008 ini, rapat akbar tersebut akan dilangsungkan di Singapura. “Mudah-mudahan kami bisa ikut dalam acara tersebut. Kami juga akan berupaya melobi para investor dari marga Huang dan rekanannya agar berinvestasi di Kalbar,” ujar Budi.

0 comments:

Post a Comment