Eksotika Dayak Lewat Perkusi Kebun Kopi
Posted by
Efprizan 'zan' Rzeznik at Friday, February 13, 2009
Share this post:
|
foto:shando*b'ring
Konser Pembuka Sebelum Tampil di Festival Internasional
Dunia musik perkusi etnik Kalbar mulai unjuk gigi. Adalah Komunitas Seni Kebun Kopi yang mendobraknya dengan mengadakan konser tunggal lewat musik perkusi Dayak dengan tajuk ’Kaki Rimba’. Tujuh karya etnik dengan racikan komposisi eksotik akan ditampilkan 35 seniman. Karya yang kelak juga akan mengiang di telinga masyarakat internasional.
Selasa Sore bengkel musik Taman Budaya riuh dengan tetabuhan musik perkusi. Tabuhan gong berpadu ritmik dengan tabuhan kubeh. Suara kenong dan suling memperdalam suara. Nuansa magis tercipta.
Para seniman perkusi yang tergabung dalam Komunitas Kebun Kopi kala itu sedang berlatih komposisi Mpepat Karya Ferdinan, S.Sn. Mpepat diambil dari bahasa Dayak Suru’ Kapuas Hulu yang berarti kunang-kunang.
Sebuah filosofi hidup tentang cahaya, di mana hidup bukan sebuah perjalanan tanpa ada tujuan dan makna. Aliran musiknya mengalir. Persis seperti kehidupan. Cerita tentang kehidupan itu diapresiasikan mereka lewat musik perkusi.
Mereka mengekspresikan sebuah karya yang dapat berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Layaknya sebuah cahaya terang yang terpancar pada diri manusia, seperti kunang-kunang yang bercahaya dalam kegelapan.
”Bukan seberapa terang cahaya kau berikan, tetapi seberapa banyak orang lain dapat memanfaatkan cahaya itu, hingga dirimu dikenali orang lain dengan cahayamu sendiri,” kata Herfin Yulianto, manager Kebun Kopi menceritakan filosofis karya yang akan mereka tampilkan nanti.
Karya ini memuat beberapa tabuhan tradisional Dayak Kanayatn dan Kapuas Hulu dengan pengembangan pola ritme. Pengembangan ini mencoba menggabungkan pola ritme modern, sehingga membentuk suatu progresif ritme dalam pola musik tradisi untuk melihat peluang perkembangan pada khasanah musik yang dimiliki masyarakat Kalbar.
Ada tujuh karya yang akan mereka tampilkan pada pentas tunggal musik perkusi Dayak yang diberi tajuk ’Kaki Rimba’ pada Jumat-Sabtu (27-28 Februari 2009) di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Kalbar mulai pukul 19.00 hingga selesai.
Selain Mpepat, karya lainnya yang akan mereka persembahkan dalam konser tunggal nanti yakni; Ain Mum Ain Karya: Ferdinand Martin, SP. dan M. Davi Yunan, Kakirimba Karya: Ferdinan, S.Sn , Racun Bullanak Karya: Ferdinan, S.Sn, Lantang (di sini, lantang kudengar jerit mereka) Karya: Ferdinan, S.Sn, dan Kepada Pitara Karya: Ferdinan, S.Sn.
Karya-karya tersebut merupakan hasil eksplorasi dan imajinasi mereka selama setahun dalam mengekspresikan keindahan dan keeksotisan seni dan budaya Dayak.
Selain bersifat indoor, kegiatan nanti juga ada yang bersifat outdoor. Saingnya mulai pukul 11.00 ditampilkan beragam stand seni budaya Dayak seperti alat musik tradisi, sumpit, kerajinan manik, dan tato. Pameran foro dan partisipasi dari sepeda onthel juga akan mewarnai acara.
Herfin Yulianto bilang, konser ini merupakan batu loncatan bagi Kebun Kopi sekaligus pembuktian dan ujian untuk melebarkan panggungnya memperkenalkan kesenian Kalbar ke kota lain.
”Sebelum kita manggung ke kota lain di luar Kalbar, kita harus mempersembahkan karya kita terlebih dahulu di hadapan publik sendiri,” ujarnya.
Ajang musik etnik skala internasional menjadi target utamanya untuk unjuk gigi dan memperkenalkan keeksotisan kesenian Dayak Kalbar.
”Sebenarnya kita ingin mengikuti ajang tahunan musik etnik internasional di Sarawak, Rainforest World Music Festival 10-12 Juli 2009. Tapi persiapan yang mepet, tampaknya kita tidak bisa mengejarnya. Tahun depan menjadi target utama kita untuk mengikutinya,” katanya.
seperti dikutip dari situs resminya, www.rainforestmusic-borneo.com, beberapa negara sudah mengonfirmasi kesediannya untuk mengikuti festival tahunan itu diantaranya; St. Nikolas Orchestra – Poland, Noreummachi – Korea, Zawose Family – Tanzania, Poum Tchack – France, Red Chamber - Canada/China, Inti Illimani – Chile, Jeff & Vida Bluegrass Band – US, Oudaden – Morocco dan masih banyak lainnya.
Sementara delegasi indonesia yang sudah memastikan diri untuk menjadi bagian dalam festival berkelas internasional tersebut yakni Sekaa Jaya Jenggala yang merupakan salah satu grup perkusi etnik dari Bali yang membawakan gamelan ensemble.
”Kami berharap dengan konser tunggal pertama kami ini meretas jalan bagi kami untuk berkiprah di pentas musik perkusi internasional,” kata Harfin.
Penjualan tiket konser tunggal musik perkusi Dayak Kebunkopi ini sudah dapat dipesan dengan harga tiket tanda masuk mulai dari Rp100 ribu—Rp10 ribu. Pemesanan bisa dilakukan di sekretariat Kebun Kopi Jalan Martadinata 12 (Tamasya Tour) 0561-777889. (**)